Pura Tampak dari Nista Mandala

Tampak Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) dari Nista Mandala atau Jaba Sisi, yang beralamat di Banjar Sidayu Nyuhaya, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung .

Taru Agung

Taru Agung atau disebut juga Taru Angsana yang dipakai tanda oleh Arya Kepakisan(Arya Nyuh Aya) tumbuh subur di jaba pura. Taru Agung ini mempunyai keunikan karena getahnya berwarna merah darah seperti darah manusia

Utama Mandala

Ciri utama sebuah pura disebut Pura Kawitan apabila terdapat pelinggih antara lain Meru Tumpang Tiga, Gedong, Kemulan dan Petutan, tampak pelinggih-pelinggih tersebut berjejer dari utara ke selatan di Utama Mandala

Sabtu, 17 Maret 2012

INFORMASI

PENGUMUMAN
NOMOR : 02/AN/III/2014

Om Swastiastu,
Atas asung kertha waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, utamanya Ida Bhatara Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), dengan ini disampaikan bahwa Upacara Piodalan Saraswati dan Karya Ngusabha Kapat akan dilaksanakan pada :
1.      Upacara Piodalan Saraswati jatuh pada :
Hari/ Tanggal                    : Sabtu, 8 Maret dan 4 Oktober 2014
Pukul                                 : 10.00 wita – 18.00 wita
Tempat                              : Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya)
                            Banjar  Sidayu Nyuhaya, Desa Takmung, Kecamatan  Banjarangkan,
                            Kabupaten Klungkung

2.      Karya Ngusabha Kapat  jatuh pada :
Hari/ Tanggal                    : Rabu s/d Sabtu, 8 s/d 11 Oktober  2014
Pukul                                 : 09.00 wita – selesai
Tempat                              : Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya)
                            Banjar  Sidayu Nyuhaya, Desa Takmung, Kecamatan  Banjarangkan,
                            Kabupaten Klungkung
Dengan ini juga diberitahukan bahwa setiap pelaksanaan Karya Ngusabha Kapat akan dilaksanakan Pawintenan dan Mekutang Bok, bagi yang berkeinginan mengikuti hal tersebut, dimohon memberitahukan kepada Prajuru Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya)  2 minggu sebelum pelaksanaan Karya Ngusabha Kapat.
Demikian untuk maklum, dan semoga segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
 
Om Santih, Santih, Santih Om.

Sidayu Nyuhaya,  6 Januari 2014
Prajuru Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya)
Sekretaris,

T   T   D
Drs. I Wayan Parna
HP. 081 2366 9366

Sabtu, 03 Maret 2012

SEJARAH PURA KAWITAN ARYA KEPAKISAN (ARYA NYUH AYA)


  Pura Kawitan terdiri dari kata Pura dan Kawitan. Pura artinya tempat suci Agama Hindu untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan berbagai manifestasinya dan  memuja roh suci leluhur yang sangat dihormati. Kawitan berasal dari kata “Wit” yang artinya Asal Mula. Pura Kawitan yaitu pura tempat suci, yang penyiwinya ditentukan oleh ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis kelahiran (geneologis) seperti Sanggah/Merajan, Paibon, Dadia, dan Kawitan. Begitu juga Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) adalah pura yang penyiwinya atau disungsung oleh Prati Sentana Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), yang ada diseluruh Bali. 
Sebagaimana disebutkan dibeberapa sumber Arya Kepakisan  datang ke Bali pada 1352 M diutus   oleh raja Majapahit  mengiringi Dalem Sri Kresna Kepakisan, untuk memadamkan pemberontakan di 39 desa Bali Aga. Setelah berhasil beliau diangkat sebagai patih agung kerajaan,  mendampingi Dalem Sri Kresna Kepakisan, sebagai raja Samprangan I. Dalem Sri Kresna Kepakisan bersthana (tempat tinggal) di Samprangan. Sedangkan Arya Kepakisan menuju tenggara dan tiba disebuah tempat, disana Beliau menemukan sebuah Kelapa Besar (Nyuh Aya), yang bersinar.  Di tempat itulah dipilih sebagai tempat tinggal  yang kemudian disebut dengan DESA NYUH AYA, untuk mengenang ditemukan Kelapa Besar (Nyuh Aya). Tempat itupun diberi tanda/cihna/ciri dengan Taru Agung atau disebut juga Taru Rangsana, dimana di Jawa Timur banyak dijumpai sebagai pohon yang disebut pohon angsana (Pterocarpus indicus).    Taru Agung tersebut  mempunyai keunikan karena getahnya berwarna Merah Darah, seperti darah manusia. Karena keunikan itulah Taru Agung tersebut dipilih sebagai tanda/cihna/ciri, yang dibawa dari Desa Pakis asal Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya). Disinilah didirikan Merajan oleh Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), dan kemudian menjadi PURA KAWITAN setelah Beliau moksa dan bersthana di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) sekarang.
Taru Agung (Taru Rangsana)
 
Dalam Pamencangah yang tersimpan di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) pada kalimat awal tertulis “Mulaning carma ring Bali Sri Arya Kepakisan, Arya Kediri saking Jayasabha, ari saking Aji Jayabhaya, saking Erlanggia, Putu Kameswara saking Dharma Wangsa Loang Dantawikrama”. 
Kemudian pada bait terakhir tertulis “ Asak aoka Pangeran Nginte, Pangeran Nginte ngeanis Sira Jaya Keta, telas brasta wayang paperangan. Arya Kediri Putrane Jayasabha aputra Arya Kepakisan, iki ngembatang maring Bali, tekep ira pada. Sane kasentane kemajelangu, Arya Wang Bang, Arya Kenceng, Arya Delancang, Arya Belog, Arya Kedutan, malih sira Wang Bang, Tan Kober, Tan Kabur, Tan Mundur, kameokas Arya Kutawaringin sama angiringang Arya Kepakisan. Malih Arya Kepakisan asentane Pangeran Nyuh Aya, masentane pepitu, pinih werde Petandakan, Satra, Pelangan, Akah, Kloping, Cacaran, Anggan. Iki rerajahan Kajang maring Pemerajan Arya Nyuh Aya”.
Kalau dicermati dari kalimat yang terdapat di Pemencangah yang tersimpan di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), bahwa Arya Kepakisan putra dari Arya Kediri, Arya Kediri putra dari Jayasabha, dan Jayasabha adalah Putra Raja Airlangga dari sinilah beliau menyebarkan “ngembatang” keturunanNya, di Bali. Disini pula disebut Pemerajan Nyuh Aya, sesuai kalimat terakhir dari Pemencangah tersebut.
Sesuai konsep Hindu, setiap keluarga yang akan membangun sebuah pekarangan rumah atau tempat tinggal pasti akan dibangun sebuah Parahyangan Pemerajan atau Sanggah.  Begitu pula dengan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) setelah tinggal di Desa Nyuh Aya, beliau juga membangun Pemerajan, yang kini menjadi Pura Kawitan setelah Beliau moksa dan bershtana di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya).
Sangat diyakini Desa Nyuhaya sama dengan Banjar Sidayu Nyuhaya, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, karena hingga sekarang Taru Agung atau disebut juga Taru Rangsana yang dipakai tanda, masih berdiri dan tumbuh dengan subur di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya). Disinilah “Wit” atau Asal Mula dari seluruh Prati Sentana Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), yang ada diseluruh Bali.

UNSUR DAN STRUKTUR PURA KAWITAN ARYA KEPAKISAN (ARYA NYUH AYA)

Secara umum areal pura yang ada akan terdiri dari tiga bagian yang disebut dengan “TRI MANDALA” yaitu Nista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala.  Masing-masing mandala akan dibangun pelinggih yang patut dibangun sesuai dengan fungsi dan kedudukan pelinggih yang bersangkutan.
            Pembagian areal struktur mandala bukan hanya kebetulan patut dibagi tiga, tetapi memiliki tuntunan tata susila bagi setiap Prati Sentana Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), yang akan masuk ataupun bersembahyang ke Pura Kawitan. Tuntunan tata susila adalah menyentuh Tri Kaya Parisuda yaitu “Manacika” berpikir yang baik, “Kayika” berbuat yang baik, “Wacika” berkata yang baik dan selalu mengarah kearah kesucian.
Adapun Unsur dan Struktur Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) adalah sebagai berikut :
1.        Nista Mandala 


PEMELIHARAAN PURA SECARA BERKELANJUTAN

Masyarakat Bali sendiri rupanya sejak dahulu telah demikian menyadari pentingnya pemeliharaan bangunan-bangunan yang fungsi dan statusnya sebagai tempat suci memerlukan pemeliharaan secara “sekala dan niskala” meliputi perawatan, memperbaiki bangunan atau rehab, dan melaksanakan Upacara. Demikian juga halnya dengan Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), tentu pemeliharaannya secara berkelanjutan amat diperlukan, sehingga keberadaanya dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Pengelolaan pura dari manajemen tradisional ke modern perlu dilakukan mengingat sumber daya manusia pendukungnya memiliki keterampilan dan kemampuan untuk itu. Namun demikian, unsur-unsur tradisi selama ini dalam bentuk gotong royong dan ngayah hendaknya tidak sirna.

UPACARA DI PURA KAWITAN ARYA KEPAKISAN (ARYA NYUH AYA)

 
Melakukan Upacara Yadnya (Yajna) langkah yang diyakini sebagai kegiatan keagamaan yang sangat penting, karena Yadnya merupakan salah satu penyangga bumi. Pemeliharaan kehidupan di dunia ini dapat berlangsung terus sepanjang Yadnya dilakukan oleh umat manusia. Weda mengajarkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan alam ini berdasarkan Yadnya. Karena itu manusia yang bermoral akan merasa berhutang kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Untuk menyampaikan rasa berhutang umat Hindu melakukan Panca Yadnya yakni : Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya.
Hampir setiap pelaksanaan Yadnya khususnya di Bali, umat Hindu selalu menggunakan Upakara (Banten) sebagai sarana memanjatkan puji syukur kehadapan Nya atas segala waranugraha yang dilimpahkan kepada kita semua. Pada umumnya setiap pelaksanaan Yadnya, selalu memiliki rangkaian yang disebut Eedan Karya.

LOKASI PURA KAWITAN ARYA KEPAKISAN (ARYA NYUH AYA)


Diberdayakan oleh Blogger.