Pada pemerintahan Dalem Sri Semara
Kepakisan ada seekor Harimau Hitam (Macan Selem) yang sangat ganas dan sakti
mengganggu kehidupan penduduk di Blambangan (Banyuwangi). Karena Harimau Hitam
(Macan Selem) sangat mengganggu kehidupan penduduk setempat, maka
Pangeran Nyuh Aya sebagai Patih Agung yang telah mengantikan Arya
Kepakisan (Arya Nyuh Aya), diutus oleh Dalem Sri Semara Kepakisan ke Blambangan
(Banyuwangi) untuk membunuh Harimau Hitam (Macan Selem). Beliau menyusul Arya
Kubon Tubuh, yang telah lama berangkat dengan tujuan yang sama, untuk membunuh
Harimau Hitam (Macan Selem). Pangeran Nyuh Aya berhasil membunuh Harimau
tersebut, kemudian dibawalah kepala Harimau tersebut kehadapan Dalem Sri Semara
Kepakisan sebagai bukti.
Tidak berselang lama maka datanglah
Arya Kebon Tubuh yang menyatakan juga telah membunuh Harimau tersebut.
Untuk menghindari kesalahpahaman maka Dalem Sri Semara Kepakisan
memberikan anugerah yang sama kepada Pangeran Nyuh Aya dan Arya
Kebon Tubuh. Anugerah itu berupa Piagam yang berisi catatan hak penghormatan
dan penghargaan serta tata cara upakara dan upacara pelaksanaan semasa masih
hidup hingga upacara kematian untuk turun-temurun.
Selaku penghargaan pula atas jasa
Pangeran Nyuh Aya dan Arya Kebon Tubuh, maka baginda raja Bali memberikan
tugas masing-masing antara lain: kepada Arya Kebon Tubuh, Dalem Sri Smara
Kepakisan menyerahkan sebuah pura Kahyangan "Dalem Tugu", dan
Pangeran Nyuh Aya, berkewajiban menyimpan "Aji Purana" dengan
catatan setiap upacara piodalan di Pura Dalem Tugu harus diusung ke Dalem Tugu
untuk diupacarai. Bila upacara telah selesai, "Aji Purana" itu
disimpan kembali oleh Pangeran Nyuh Aya. Namun karena sesuatu hal, kini
Aji Purana tersebut tidak lagi "katuran" ke Pura Dalem Tugu.
Dan Ida Bhatara berupa "Aji Purana" tersebut tersimpan di Pura
Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), di Banjar Sidayu Nyuhaya, Desa
Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
Selain itu, keturunan
Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) dan Arya Kubon Tubuh bila meninggal dunia, diaben, boleh menggunakan
bade tumpang pitu, berhiaskan kapas 9 warna, balai silunglung, kajang kawitan,
balai lunjuk tiga undag, petulangan berbentuk harimau hitam (Macan Selem).
Benda pusaka yang dihadiahkan kepada beliau berupa sumpitan (tulup) yang
digunakan membunuh harimau di Blambangan itu. Sumpitan itu bernama Ki Macan
Guguh
.
Om Swastiastu
BalasHapussaya mau menanyakan keturunan dari Gusti ngurah gunung nangka sekarang berada didaerah mana saja, apa pernah keturunan dari beliau menjadi punggawa/pejabat kerajaan buleleng atau kerajaan karangasem matur suksma
Om Swastiastu.
BalasHapusTitiang nunas pengampura... Sampai saat ini, berdasarkan beberapa literatur yang Titiang baca ... titiang belum tahu sejarah perjalanan “Napak Tilas” I Gst Gunung Nangka... berdasarkan semeton yang tangkil ke Pura Kawitan.. kebanyakan berasal dari daerah Karangasem, lombok, Jembrana... Menurut asumsi tiang hal ini tidak terlepas dari perjalanan pelarian I Gsti Batanjeruk ke daerah karangasem... karena I Gst Batanjeruk bersaudara dengan I Gst Bebengan, I Gst Tusan dan I Gsti Gunung Nangka. Shg sebagai sebagai saudara... Keturunan I Gst Gunung Nangka juga banyak mengikuti pelarian I Gst Batanjeruk ke Bungaya Karangasem... dari Karangasem ada yng ke Lombok...ada juga ke Jembrana... untuk lebih jelasnya.. biasanya dapat dari petunjuk pamencangah/prasasti yg tersimpan ditempat/Paibon keturunan beliau menetap... Dan dalm pemencangah yg ada di Pura Kawitan hanya memuat silsilah keturunan Beliau sampai Pangeran Nyuh Aya berputra: Petandakan, Satra, Pelangan, Akah, Kloping, Cacaran, Anggan dan Pangeran Asak berputra : Nginte... dibawah itu tidak ada... shg masing keturunn Beliau membuat pamencangah di tempat beliau menetap...(Lihat Silsilah Arya Kepakisan)
Dan Begitu juga keturunan beliau belum tiang temukan apakah ada yang menjadi pejabat... di Karangasem mapun di Buleleng.... Ngiring sama2 telusuri semoga atas petunjuk Beliau kita bisa menemukan, apa yang menjadi maksud dan tujuan Prati Sentana smua....Om Santih,Santih,Santih Om
Om Swastyastu,,,,
BalasHapusDalam beberapa babad diceritakan bahwa salah satu keturunan Arya Kepakisan adalah I Gusti Agung Maruti dan I Gusti Kaler Pacekan yang saling bertikai dan pada puncaknya menewaskan I Gusti Kaler Pacekan di BUKIT PEGAT, desa Lengkayan Kutuh Bangli. Keturunan I Gusti Kaler Pacekan tercerai berai, salah satunya ada yang ke bondalem. Saya sendiri adalah keturunan I Gusti Kaler Pacekan yang hijrah ke desa petemon banjar peneraga di seririt. mohon konfirmasi terkait I Gusti Agung Maruti dan I Gusti Kaler Pacekan di atas.
Suksma,,
I Ngurah Gede Darmawiryawan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusbenarkah sejarah/babadnya seperti yang tertulis diatas? sebab kebanyakan babad yang saya baca, kisahnya terbalik dengan yang ditulis diatas. bahwasannya Arya Nyuh Aya lah yang datang belakangan dari arya Kubon Tubuh... Mohon penjelasannya agar tidak terjadi penyesatan sejarah/babad!
BalasHapusO Swasti astu ttyg semeton saking penatahan ttyg ingin menanyakan terkait silsilah dari I Gusti Batan Jeruk. Apakah I Gusti Batan Jeruk Mempunyai seorang anak istri (I Gusti Luh Yoni)? suksma
BalasHapusOm Swastyastu...tityang nunas informasi, dimana tyang bisa mendapatkan atau membeli cetakan/daftar Silsilah Shri Nararya Kresna Kepakisan yang lengkap..? mungkin admin bisa membantu memberikan informasi..suksme (made darma/08123758676)
BalasHapus