Sabtu, 03 Maret 2012

UPACARA DI PURA KAWITAN ARYA KEPAKISAN (ARYA NYUH AYA)

 
Melakukan Upacara Yadnya (Yajna) langkah yang diyakini sebagai kegiatan keagamaan yang sangat penting, karena Yadnya merupakan salah satu penyangga bumi. Pemeliharaan kehidupan di dunia ini dapat berlangsung terus sepanjang Yadnya dilakukan oleh umat manusia. Weda mengajarkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan alam ini berdasarkan Yadnya. Karena itu manusia yang bermoral akan merasa berhutang kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Untuk menyampaikan rasa berhutang umat Hindu melakukan Panca Yadnya yakni : Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya.
Hampir setiap pelaksanaan Yadnya khususnya di Bali, umat Hindu selalu menggunakan Upakara (Banten) sebagai sarana memanjatkan puji syukur kehadapan Nya atas segala waranugraha yang dilimpahkan kepada kita semua. Pada umumnya setiap pelaksanaan Yadnya, selalu memiliki rangkaian yang disebut Eedan Karya.
Demikian juga pelaksanaan Upacara di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), baik yang dilakukan rutin berupa Aci Penyabran, Aci Pengenem Bulan (Piodalan Saraswati), dan Karya Ngusaba Kapat yang datangnya setiap Puranama Kapat (setahun sekali). Adapun Upacara tersebut adalah sebagai berikut :
1.        Aci Penyabran
Aci ini dilakukan secara rutin pada hari-hari suci seperti Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, dan hari suci lainnya, dengan menghaturkan Canang Sari dan Segehan,  dilakukan atau dipuput Jro Mangku Pura Kawitan.
2.        Aci Pengenem Bulan (Piodalan Saraswati)
Aci Pengenem Bulan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Sanghyang Aji Saraswati, yang datangnya setiap enam bulan sekali (210 hari). Ida Bhatara Kawitan yang hanya meprelingga Prasasti saja “katuran”. Sedangkan yang berupa Rambut Sedana dan lainnya tidak ikut ‘katuran”. Upacara ini hanya dilaksanakan satu hari dimulai dari pagi sampai sore hari, dan sore harinya Ida Bhatara langung “mesineb”. Upacara Piodalan Saraswati ini dipuput Jro Mangku Pura Kawitan. Upakara (bantennya) berupa Sorohan meulam Betutu Bebek.
3.        Karya Ngusabha Kapat.
Ngusabha berasal dari kata ''sabha'' berarti pertemuan. Maksudnya pertemuan antara manusia dan para Ida Bhatara sebagai Istadewata Sang Hyang Widhi, maupun dengan roh suci leluhur, dilakukan dengan Upacara. Berdasarkan beberapa lontar seperti Dharma Pemaculan, Sri Purana Tatwa dan Dewa Tatwa, pelaksanaan upacara Ngusabha dilakukan tiap tahun sekali. Tujuannya sebagai sarana pemahayu jagat, wujud rasa syukur dan juga untuk menghindarkan manusia dari segala marabahaya.
Momentum ketika manusia sebagai makhluk sosial dengan segala keterbatasannya ''berkomunikasi'' dengan kekuatan di atasnya, yang tidak terjangkau oleh akal dan daya fisik. Kekuatan itu diyakini telah memberikan perlindungan dan pengayoman dalam mengarungi kehidupan, terutama dalam hubungannya dengan kelahiran, kehidupan, dan kematian.
Sesuai konsep Hindu, bahwa manusia dengan sang pencipta merupakan satu-kesatuan Manusia ada karena kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi dengan kekuatan yoga, sudah sepatutnya manusia menghaturkan persembahan upacara melalui Karya Ngusabha.
Karya Ngusabha Kapat yang dilaksanakan di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), sesuai namanya Karya Ngusabha  dilaksanakan bertepatan dengan Hari Purnama Sasih Kapat yang datangnya setiap tahun sekali. Maknanya adalah sebagai wujud rasa syukur atas anugerah yang dilimpahkan Ida Bhatara Kawitan kepada Prati Sentana, sehingga dalam mengarungi kehidupan di dunia ini kita diberikan kesejahteraan lahir  batin.
Upacara Karya Ngusabha Kapat ini dipuput oleh Ida Pendanda dengan Upakara Catur Rebah. Rangkaian upacara Karya Ngusabha Kapat ini juga diiringi dengan tarian wewalen berupa Wayang Gedog dan Topeng Sidakarya. Pada saat Upacara ini juga sering dilakukan Pawintenan dan Mekutang Bok bagi yang berkeinginan.
     

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.